Widget HTML #1

Metode dan Cara Menghitung Harga Pokok Penjualan

Menghitung Harga Pokok Penjualan

Menghitung Harga Pokok Penjualan -
 Dalam perusahaan perdagangan aktivitas utamanya adalah membeli barang dagangan, menyimpan dan menjual kembali tanpa adanya perubahan bentuk yang cukup berarti pada produk yang dijual. Aktivitas seperti membeli dan menjual barang dagangan merupakan aktivitas yang sering terjadi. Dalam kaitannya dengan Harga Pokok Penjualan pada perusahaan dagang merupakan harga perolehan dari barang dagangan yang siap untuk dijual.

Apa itu HPP ?

Harga pokok penjualan atau disingkat hpp ialah gambaran mengenai perkiraan biaya yang dikeluarkan oleh usaha secara langsung maupun tidak langsung pada proses produksi.

Unsur yang termasuk kedalam harga pokok penjualan seperti biaya-biaya yang dikeluarkan secara langsung selama proses produksi, misalnya bahan baku, tenaga pekerja, dan lainnya.

Cara Menghitung Harga Pokok Penjualan

Unsur-unsur utama dalam perhitungan Harga Pokok Penjualan meliputi, Persediaan Barang dagangan awal, Pembelian barang dagangan, Retur pembelian, Potongan pembelian, Beban angkut pembelian dan Persediaan barang dagangan akhir.

1.Persediaan Barang Dagangan Awal:

Persediaan Barang Dagang Awal merupakan persediaan awal manakala perusahaan tersebut mulai berdiri (jika perusahaan baru) atau merupakan sisa barang dagangan yang dibeli pada periode sebelumnya. Persediaan barang dagangan  pada tanggal 1 Januari 2015 merupakan persediaan akhir pada tanggal  31 Desember 2014.

Rumus Persediaan Barang = Persediaan Awal + Pembelian Bersih

2. Pembelian Barang Dagangan :

Pembelian barang dagangan dapat berupa pembelian secara tunai maupun kredit. Dalam perhitungan Harga Pokok Penjualan pembelian yang digunakan adalah pembelian bersih yaitu pembelian setelah dikurangi dengan Retur Pembelian dan Potongan Pembelian.

Rumus Pembelian Bersih = (Total Pembelian + Ongkos Angkut) – (Retur Pembelian + Potongan Pembelian)

3. Retur Pembelian :

Retur Pembelian merupakan pengembalian barang dagang yang dibeli karena salah satu sebab tertentu. Misalnya: barang dikembalikan karena tidak sesuai dengan perjanjian, barang dagangan diterima dalam keadaan rusak, kadaluwarsa) Dengan adanya retur pembelian akan mengurangi nilai pembelian barang dagangan.

4.Potongan Pembelian Barang Dagangan :

Potongan Pembelian Barang Dagangan adalah potongan yang didapatkan oleh pembeli ketika membayar pelunasan kreditnya pada jangka waktu yang ditentukan. Misalnya pada tanggal 1 Januari 2015 dibeli barang dagangan senilai Rp. 1.500.000,00 dengan syarat 2/10, n/30. Jika pembeli melunasi pembelian pada tanggal 9 Januari 2015 maka pembeli mendapatkan potongan 2 % . Arti dari 2/10, n/30 adalah angka 2 merupakan besar prosentase potongan, angka 10 merupakan  batas waktu potongan dihitung satu hari setelah tanggal faktur dan n/30 merupakan batas pelunasan selama 30 hari satu hari setelah tanggal faktur.

5. Beban Angkut Pembelian :

Beban Angkut Pembelian adalah biaya yang dikeluarkan untuk mengangkut barang yang telah dibeli dari gudang penjual sampai dengan gudang pembeli. Ada 4 hal yang perlu diperhatikan tentang Beban Angkut Pembelian yaitu berkenaan dari syarat pembelian antara penjual dan pembeli.

  • a) Free On Board Shipping point ( Franco Gudang Penjual), Tanggung jawab  biaya pengiriman dari gudang penjual sampai dengan gudang pembeli adalah Pembeli
  • b) Free On Board Destination point (Franco Gudang Pembeli), Tanggung jawab  biaya pengiriman dari gudang penjual sampai dengan gudang pembeli adalah Penjual
  • c) Cost  and Freight, Berkenaan pada angkutan laut, semua biaya pengiriman dari gudang penjual sampai ketujuan pelabuhan pembeli yang bertanggung jawab penjual.
  • d) Coast Insurance and Freight, Berkenaan pada angkutan laut, semua biaya pengiriman plus premi assuransi dari gudang penjual sampai ketujuan pelabuhan pembeli yang bertanggung jawab penjual.

6. Persediaan Barang Dagangan Akhir :

Persediaan Barang Dagangan Akhir dihitung saat kondisi akhir periode dengan melakukan stock opname. Dengan mengetahui besarnya persediaan barang dagangan akhir maka dapat dihitung berapa besar  Harga Pokok Penjualanya. Jumlah persediaan barang dagangan akhir merupakan  persediaan barang dagangan awal pada periode berikutnya.


Di bawah ini dijelaskan mengenai struktur perhitungan Harga Pokok Penjualan :

Persediaan Barang Dagangan Awal periode

Rp.  5.000.000,00
Pembelian Barang Dagangan
Potongan Pembelian Barang dagangan
Retur Pembelian Barang Dagangan
Rp. 4.500.000,00
Rp.    150.000,00
Rp.    900.000,00      (-)

Pembelian Barang Dagangan Bersih
Rp. 3.450.000,00

Beban Angkut Pembelian Barang Dagangan
Rp.     250.000,00     (+)
Rp. 3.700.000,00    (+)
Jumlah Barang Dagangan siap dijual

Rp. 8.700.000,00
Persediaan Barang Dagangan Akhir

Rp. 2.300.000,00   (-)
Harga Pokok Penjualan

Rp. 6.400.000,00

Metode Perhitungan Harga Pokok Penjualan

Harga pokok penjualan bisa mengalami perubahan tergantung pada biaya dan metode penetapan persediaan yang digunakan selama periode akuntansi. Terdapat setidaknya 3 metode  penetapan persediaan, yaitu ;

1. Metode FIFO

Metode FIFO ialah singkatan dari First In First Out jadi bisa disimpulkan bahwa metode ini ialah metode perhitungan persediaan terkait barang yang pertama kali masuk ke usaha Anda.

Untuk cara pencatatan persediaan barang ada dua yaitu metode fifo perpetual dan periodik.

Pada metode FIFO cara menghitung hpp  perpetual Anda membutuhkan kartu persediaan yang terdiri dari beberapa kolom untuk mencatat mutasi persediaan.

Dapat dikatakan metode FIFO merupakan metode penetapan persediaan metode yang paling sederhana dan mudah.

Kenapa? Karena pada metode ini barang yang baru masuk dicatat sebagai barang yang pertama kali akan dijual.

Maka dari itu, dengan metode ini Anda lebih mudah untuk mengatur aliran dana yang masuk dan keluar ditambah lagi persediaan akhir bisa ditentukan.

Karena, persediaan akhir akan berhubungan dengan penentuan harga jual sesuai dengan urutan dari barang yang pertama kali masuk dan keluar.

Dengan metode first in first out kamu bisa menghindari persediaan yang rusak akibat dari penyimpanan barang yang lama di gudang. Biaya yang digunakan pertama kali untuk membeli barang disebut harga pokok penjualan (hpp).

Usaha yang paling cocok untuk menggunakan metode ini adalah bisnis menjual barang yang memiliki masa kadaluarsa seperti makanan dan minuman, obat-obatan, dan lainnya.

2. Metode LIFO

Metode yang lebih dikenal dengan LIFO atau Last in First Out ialah persediaan produk yang masuk terakhir kali akan dijual pertama.

Usaha yang menerapkan metode ini akan menyimpan produk terlebih dahulu, jadi barang yang baru masuk tidak akan langsung dijual melainkan disimpan di gudang.

karenq itu, metode ini mempunyai konsep perhitungan harga persediaan akhir akan dinilai dengan harga perolehan persediaan saat pertama kali masuk.

Metode ini mempunyai asumsi dimana aliran pengeluaran persediaan berbanding terbalik dengan munculnya biaya dan harga beli akan dibebankan kepada bisnis apalagi saat periode inflasi.

Pada cara menghitung hpp metode LIFO perpetual Anda harus memperhatikan harga pokoknya pada waktu akhir periode dan setiap kali ada barang yang keluar.

Metode LIFO ini sangat cocok untuk usaha pakaian atau fashion karena pada dasarnya pakaian mempunyai tren baru yang selalu berubah sehingga pakaian yang sesuai dengan tren terbaru akan dikeluarkan pertama kali.

3. Metode Persediaan Average

Terakhir ada metode moving average persediaan atau yang disebut metode rata-rata timbang ialah pencatatan persediaan barang dimana konsepnya usaha akan membagi biaya barang dengan jumlah unit tersedia.

Dengan metode ini, usaha akan menjual barang yang ada di gudang dan tidak memperhatikan mana barang yang masuk pertama kali maupun yang terakhir masuk.

Posting Komentar untuk "Metode dan Cara Menghitung Harga Pokok Penjualan"