Widget HTML #1

4 Metode Penyusutan Aktiva Tetap (Lengkap dengan Contoh Soal dan Jawabannya)

4 Metode Penyusutan Aktiva
Soure: Paper id

Feenance.web.id - Suatu perusahaan biasanya memiliki berbagai aset yang dapat digunakan dalam waktu yang lama seperti bangunan, peralatan, dan kendaraan. Periode/waktu manfaat yang dapat diperoleh dari aset tersebut atau lama aset tersebut dapat digunakan disebut masa manfaat atau useful life aset. Perusahaan mencatat aset tersebut berdasarkan biaya atau harga perolehannya. Biaya tersebut dialokasikan menjadi beban tiap periode masa manfaat aset sesuai dengan prinsip akuntansi yaitu pengakuan beban atau expense recognition principle.

Penyusutan aktiva tetap atau depresiasi aktiva tetap adalah proses mengalokasikan biaya dari aset menjadi beban selama masa manfaat aset tersebut. Terdapat 4 metode penyusutan aktiva tetap / aset tetap yaitu metode penyusutan garis lurus, metode penyusutan saldo menurun ganda atau double declining, metode penyusutan jumlah angka tahun, dan metode penyusutan unit produksi. Berikut saya sajikan juga contoh soal penyusutan aktiva tetap masing-masing metode.

Jurnal penyusutan

Untuk mencatat penyusutan pada jurnal umum di gunakan 2 akun yaitu beban depresiasi – aset tetap pada posisi debit dan akumulasi depresiasi – aset tetap. Akumulasi depresiasi – aset tetap berfungsi sebagai kontra akun. Akun ini akan mencatat total jumlah beban depresiasi selama masa manfaat suatu aset. Misalnya, beban depresiasi bangunan tiap tahun sebesar Rp 400.000 maka pada akun akumulasi depresiasi bangunan akan tercatat nilai Rp 800.000.

Jurnal penyusutan :
Dr. Beban Depresiasi - aset tetap
      Cr. Akumulasi Depresiasi - aset tetap

Baca juga : Contoh Soal dan Jawaban Jurnal Umum Perusahaan Jasa

Metode penyusutan Garis Lurus

Pada metode penyusutan garis lurus, perusahaan akan mencatat beban depresiasi dengan jumlah yang sama setiap tahun dari masa manfaat aset. Metode ini paling sering digunakan oleh perusahaan karena perhitungannya yang simple. Berikut rumus metode penyusutan garis lurus untuk menghitung beban depresiasi :

Beban Depresiasi = (Harga Beli atau Perolehan Aset – Nilai residu atau nilai sisa) / masa manfaat asset

Contoh Soal :

1.Perusahaan A membeli gedung pada tanggal 1 Januari 2019 dengan biaya perolehan sebesar Rp 500.000.000 dan memiliki nilai residu Rp 20.000.000. Umur ekonomis dari gedung tersebut diperkirakan selama 20 tahun.

Jawaban :
Beban Depresiasi setiap tahunnya pada tahun 2019 s/d 2039 = (Rp 500.000.000 - Rp 20.000.000) / 20 = Rp 24.000.000

2.Perusahaan B membeli sebuah mesin pada tanggal 15 Januari 2019 dengan harga Rp 40.000.000 dengan nilai residu Rp 4.000.000. Mesin tersebut diperkirakan dapat digunakan selama 4 tahun.

Jawaban :
Beban Depresiasi pada tahun 2019 =

Beban Depresiasi Garis Lurus

Pada tahun 2019 besarnya beban depresiasi dimulai dari pertengahan januari. Cara menghitungnya yaitu beban depresiasi satu tahun dikalikan dengan jumlah hari sejak perolehan aset dibagi dengan 365 (jumlah hari dalam satu tahun).

Beban Depresiasi pada tahun 2020 s/d 2022 = (Rp 40.000.000 – Rp 4.000.000)/4 = Rp 9.000.000

Beban Depresiasi pada tahun 2023 =

Metode penyusutan garis lurus


= Rp 369.863 atau bisa juga dihitung dengan mengurangkan harga aset dengan seluruh beban depresiasi di tahun sebelumnya.

3. Perusahaan C membeli sebuah mobil untuk alat transportasi direktur perusahaan pada tanggal 1 Mei 2019 dengan harga Rp 60.000.000 dan tidak memiliki nilai residu. Masa manfaat mobil tersebut yaitu 5 tahun.

Jawaban:
Beban Depresiasi pada tahun 2019 =

Metode penyusutan Garis Lurus

Pada tahun 2019 beban depresiasi dihitung sejak bulan Mei maka nilai beban tersebut pada tahun 2019 sama dengan beban setahun dikalikan dengan jumlah bulan sejak pembelian aset dibagi 12 (jumlah bulan dalam satu tahun)

Beban Depresiasi pada tahun 2020 s/d 2023 = (Rp 60.000.000 – 0)/5 = Rp 12.000.000

Beban Depresiasi pada tahun 2024 = (Rp 60.000.000-0)/5 x 5/12 = Rp 5.000.000

Baca juga : Contoh Soal dan Jawaban Jurnal Penyesuaian

Metode Penyusutan Saldo Menurun Ganda

Metode ini menghasilkan penurunan beban depresiasi selama masa manfaat aset. Pada metode ini digunakan tingkat penyusutan dapat dihitung sebagai berikut =

Tingkat penyusutan = tingkat penyusutan metode garis lurus x 2 atau (100%x2)/masa manfaat aset
                                                           
Pada tahun pertama, besarnya beban depresiasi diperoleh dengan cara biaya perolehan aset tetap dikalikan dengan tingkat penyusutan saldo menurun berganda. Sedangkan, pada tahun kedua dst, beban depresiasi per tahun diperoleh dari nilai buku aset dikalikan dengan tingkat penyusutan saldo menurun berganda. Pada metode penyusutan ini, nilai sisa tidak diperhitungkan. Pada akhir tahun, besarnya beban penyusutan adalah sisa dari nilai buku aset.

Contoh Soal :

1. Perusahaan D membeli sebuah mesin pada tanggal 1 Januari 2019 senilai Rp 13.000.000 dengan masa manfaat 5 tahun. Hitunglah beban depresiasi tiap tahunnya!

Jawaban : Tingkat Depresiasi = (100%x2)/5 = 40%

TahunTingkat DepresiasiBeban DepresiasiAkumulasi DepresiasiNilai Buku
201940%5.200.0005.200.0007.800.000
202040%3.120.0008.320.0004.680.000
202140%1.872.00010.192.0002.808.000
202240%1.123.20011.315.2001.684.800
202340%1.684.80013.000.0000

Beban Depresiasi 2020 = 40% x 7.800.000 = Rp 3.120.000
Beban Depresiasi 2021 = 40% x 4.680.000 = Rp 1.872.000
Beban Depresiasi 2022 = 40% x 2.808.000 = Rp 1.123.200
Beban Depresiasi 2023 = 13.000.000 - 11.315.200 = Rp 1.684.800

2. Perusahaan E membeli sebuah mobil senilai Rp 100.000.000 pada tanggal 15 Juli 2019 dengan masa manfaat 4 tahun. Hitunglah beban depresiasi tiap tahunnya!
Jawaban : Tingkat Depresiasi = (100%x2)4 = 50%

TahunTingkat DepresiasiBeban DepresiasiAkumulasi DepresiasiNilai Buku
15 Juli 2019 - 15 Juli 202050%40.000.00040.000.00060.000.000
15 Juli 2020 - 15 Juli 202150%30.000.00070.000.00030.000.000
15 Juli 2021-15 Juli 202250%15.000.00085.000.00015.000.000
15 Juli 2022-15 Juli 202350%15.000.000100.000.0000

Juli 2020 - 15 Juli 202150%30.000.00070.000.00030.000.00015 Juli 2021-15 Juli 202250%15.000.00085.000.00015.000.00015 Juli 2022-15 Juli 202350%15.000.000100.000.0000
Beban Depresiasi 2019 = (5,5/12) x 40.000.000 = Rp 18.333.333
Keterangan : 5,5 jumlah bulan dari pertengahan juli sampai desember. Untuk perhitungan lebih akurat bias juga menggunakan jumlah hari dari 15 Juli 2019 sampai 15 Juli 2019 dibagi 365.

Beban Depresiasi 2020 = (6,5/12) x 40.000.000 + (5,5/12) x 30.000.000 = Rp 35.416.667

Beban Depresiasi 2021 = (6,5/12) x 30.000.000 + (5,5/12) x 15.000.000 = Rp 23.125.000

Beban Depresiasi 2022 = (6,5/12) x 15.000.000 + (5,5/12) x 15.000.000 = Rp 15.000.000

Beban Depresiasi 2023 = (6,5/12) x 15.000.000 = Rp 8.125.000

Metode Penyusutan Jumlah Angka Tahun

Pada metode jumlah angka tahun, beban penyusutan dihitung dengan mengkalikan tingkat penyusutan dengan harga perolehan.

Tingkat penyusutan = pembilang/penyebut

Keterangan :
Pembilang sama dengan jumlah tahun sisa manfaat misalnya masa manfaat aset 4 tahun, maka pembilang untuk tingkat penyusutan tahun pertama adalah 4, tahun kedua adalah 3, tahun ketiga adalah 2, tahun keempat adalah 1.

Penyebut sama dengan jumlah angka tahun dari masa manfaat. Misalnya untuk masa manfaat 5 tahun maka penyebutnya 15 (5+4+3+2+1)

Contoh soal :

1. Perusahaan F membeli sebuah mesin dengan masa manfaat 4 tahun pada awal tahun  2019 seharga Rp 38.000.000. Nilai residu dari mesin tersebut diperkirakan sebesar Rp 2.000.000. Hitung beban depresiasi tiap tahun!

Jawaban : Yang menjadi dasar depresiasi yaitu Rp 36.000.000 (Rp 38.000.000- Rp 2.000.000)

TahunTingkat PenyusutanBeban DepresiasiAkumulasi DepresiasiNilai Buku akhir tahun
20194/104.000.0004.000.0008.000.000
20203/103.000.0007.000.0005.000.000
20212/102.000.0009.000.0003.000.000
20221/101.000.00010.000.0002.000.000

2. Perusahaan G membeli sebuah kendaraan senilai Rp 20.000.000 dengan masa manfaat 5 tahun dan nilai residu Rp 5.000.000. Kendaraan tersebut dibeli pada awal bulan Mei 2019. Hitung beban depresiasi tiap tahun!

Jawaban : Yang menjadi dasar depresiasi yaitu Rp 15.000.000 (Rp 20.000.000-5.000.000)

TahunTingkat PenyusutanJumlah BulanBeban DepresiasiAkumulasi DepresiasiNilai Buku akhir tahun
20195/158/128.000.0008.000.00030.000.000
20205/154/124.000.00018.400.00019.600.000
4/158/126.400.000
20214/154/123.200.00026.400.00011.600.000
3/158/124.800.000
20223/154/122.400.00032.000.0006.000.000
2/158/123.200.000
20232/154/121.600.00035.200.0002.800.000
1/158/121.600.000
20241/154/12800.00036.000.0002.000.000

Maka :

Beban depresiasi 2019 = Rp 8.000.000
Beban depresiasi 2020 = Rp. 10.400.000 (4.000.000 + 6.400.000)
Beban depresiasi 2021 = Rp 8.000.000 (3.200.000 + 4.800.000)
Beban depresiasi 2022 = Rp 5.600.000 (2.400.000 + 3.200.000)
Beban depresiasi 2023 = Rp 3.200.000 (1.600.000 + 1.600.000)
Beban depresiasi 2024 = Rp 2.400.000 ( 1.600.000 + 800.000)

Untuk perhitungan beban depresiasi bagi aset yang dibeli pada pertengahan tahun atau tahun parsial maka dapat menggunakan cara di atas yaitu membagi satu tahun menjadi 2 perhitungan beban depresiasi.

Metode Penyusutan Unit Produksi

Pada metode penyusutan unit produksi, masa manfaat aset adalah total unit yang dapat diproduksi oleh aset atau penggunaan aset yang diharapkan. Metode penyusutan ini biasanya lebih cocok bagi perusahaan manufaktur. Perusahaan manufaktur dapat mengukur jumlah unit produksinya misalkan dari suatu mesin untuk dijadikan dasar penyusutan. Contoh lain yaitu misalnya penyusutan kendaraan berdasarkan kilometer yang ditempuh oleh kendaraan tersebut atau jumlah jam penggunaan mesin.

Rumus untuk menghitung beban penyusutan unit produksi adalah =

Beban Penyusutan = (Biaya Perolehan - Nilai Sisa) x Tingkat penyusutan

Tingkat penyusutan = Unit yang diproduksi pada tahun tersebut / Total unit produksi aset

Contoh soal :

1. Perusahaan H membeli suatu truk seharga Rp 600.000.000 pada tanggal 1 Januari 2019. Truk tersebut maksimal dapat digunakan hingga 20.000 km.  Pada tahun pertama penggunaan truk tersebut mencapai 6.000 km, tahun kedua 9.000 km, dan tahun ketiga 5.000 km. Hitunglah beban depresiasi truk tersebut tiap tahunnya!

Jawaban :

Beban depresiasi 2019 = (600.000.000) x 6.000 / 20.000 = Rp 180.000.000
Beban depresiasi 2020 = (600.000.000) x 9.000 / 20.000 = Rp 270.000.000
Beban depresiasi 2021 = (600.000.000) x 5.000 / 20.000 = Rp 150.000.000

2. Perusahaan I membeli sebuah mesin yang dapat memproduksi 50.000 unit produk pada tanggal 15 Januari 2019 seharga Rp 30.000.000. Misalkan pada tahun pertama perusahaan menggunakan mesin tersebut untuk memproduksi 15.000 unit produk, tahun kedua 10.000 unit produk, tahun ketiga 25.000 unit produk. Hitunglah beban depresiasi mesin tersebut tiap tahunnya!

Jawaban :

TahunTingkat PenyusutanJumlah BulanBeban DepresiasiAkumulasi DepresiasiNilai Buku akhir tahun
201915.000/50.00011,5/128.625.0008.625.00021.375.000
202015.000/50.0000,5/12375.00014.750.00015.250.000
10.000/50.00011,5/125.750.000
202110.000/50.0000,5/12250.00029.375.000675.000
25.000/50.00011,5/1214.375.000
202225.000/50.0000,5/12625.00030.000.0000

Beban depresiasi 2019 = Rp 8.625.000
Beban depresiasi 2020 = Rp 6.125.000 (375.000 + 5.750.000)
Beban depresiasi 2021 = Rp 14.625.000 (250.000 + 14.375.000)
Beban depresiasi 2022 = Rp 625.000

Untuk penyusutan jumlah angka tahun parsial dapat digunakan cara seperti di atas dengan membagi beban depresiasi menjadi 2 pertahunnya.

Demikian penjelasan mengenai metode penyusutan aktiva tetap.

Posting Komentar untuk "4 Metode Penyusutan Aktiva Tetap (Lengkap dengan Contoh Soal dan Jawabannya)"